Ilustrasi Hukum

Hubungi Kami

Jasa Pembuatan Tulisan Hukum oleh Akademisi FH UI sejak 2012.
Menyediakan layanan penulisan Artikel, Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi
dengan muatan teori & materi hukum yang padat dan terpercaya.

📧 Email: fokuskuliahgroup@gmail.com

📱 WhatsApp: Klik untuk Chat Sekarang

💬 Konsultasi Gratis via WhatsApp

Selasa, 08 Juli 2025

Potensi Epidemi/KLB Penyakit Menular Akibat Lemahnya Regulasi Kesehatan Lingkungan

 

Potensi Epidemi/KLB Penyakit Menular Akibat Lemahnya Regulasi Kesehatan Lingkungan

Latar Belakang

Lemahnya regulasi dan pengelolaan kesehatan lingkungan menciptakan kondisi yang memungkinkan munculnya epidemi dan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa risiko lingkungan yang diketahui dapat dicegah menyebabkan sekitar seperempat dari semua kematian dan beban penyakit di seluruh dunia, yang berjumlah setidaknya 13 juta kematian setiap tahun.¹

Faktor Risiko Lingkungan Pemicu Epidemi

1. Krisis Air dan Sanitasi

Lebih dari separuh populasi dunia masih terpapar air yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan yang buruk, yang mengakibatkan lebih dari 800.000 kematian yang dapat dicegah setiap tahun.² Kondisi ini menjadi pemicu utama penyebaran penyakit menular melalui jalur fekal-oral.

2. Perubahan Iklim dan Penyakit Vektor

Perubahan iklim semakin mempengaruhi kesehatan dengan meningkatkan frekuensi dan intensitas gelombang panas, kekeringan, curah hujan ekstrem, dan siklon yang parah di banyak daerah. Kondisi ini memodifikasi penularan penyakit menular yang ditularkan melalui makanan, air, dan zoonosis.³ Sebagian besar kasus malaria dan penyakit yang ditularkan melalui vektor lainnya terkait erat dengan pengelolaan dan manipulasi lingkungan, seperti drainase, skema irigasi atau desain bendungan.⁴

3. Urbanisasi Tidak Terencana

Pengaturan perkotaan yang tidak terencana dan dikelola dengan baik dengan sistem transportasi yang tidak berkelanjutan dan kurangnya akses ke area publik dan hijau meningkatkan risiko kesehatan. Proporsi populasi dunia yang tinggal di kota akan meningkat menjadi hampir 70% pada tahun 2050, yang dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit jika tidak dikelola dengan regulasi yang memadai.⁵

Dampak Lemahnya Regulasi

1. Kegagalan Sistem Pencegahan

Pendekatan yang berfokus pada pengobatan penyakit individu daripada mengurangi dampak buruk dari faktor penentu kesehatan tidak akan cukup untuk mengatasi tantangan kesehatan lingkungan modern. Kegagalan untuk mengatasi faktor penentu hulu penyakit dan ketergantungan yang berlebihan pada obat-obatan dan insektisida bahkan menyebabkan meningkatnya masalah seperti resistensi antimikroba dan insektisida.⁶

2. Ketidaksiapan Menghadapi Keadaan Darurat

Sistem kesehatan dan masyarakat yang tidak tangguh terhadap variabilitas dan perubahan iklim meningkatkan kerentanan terhadap wabah penyakit. Pencegahan dan pengelolaan keadaan darurat lingkungan memerlukan investasi dalam penilaian kerentanan dan risiko, serta perencanaan untuk kesiapsiagaan, respon dan pemulihan.⁷

3. Fragmentasi Tata Kelola

Mekanisme tata kelola saat ini, termasuk di tingkat lokal, gagal untuk menangani secara efektif sifat lintas sektoral dari masalah kesehatan lingkungan. Karena kebijakan terus ditetapkan tanpa pengakuan atas dampak yang dapat ditimbulkannya terhadap kesehatan, sebagian karena tidak ada mekanisme tata kelola yang menyeluruh.⁸

Rekomendasi Penguatan Regulasi

WHO merekomendasikan beberapa langkah strategis untuk memperkuat regulasi kesehatan lingkungan:

  1. Penguatan Mekanisme Tata Kelola: Mekanisme tata kelola yang efisien dan menyeluruh dapat memfasilitasi kerja lintas sektoral dan memperhitungkan biaya dan manfaat secara komprehensif, dengan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.⁹
  2. Integrasi Kesehatan dalam Semua Kebijakan: Keputusan yang diambil tentang pemicu risiko kesehatan harus memiliki pencapaian dan perlindungan kesehatan yang baik sebagai tujuan eksplisit di sektor-sektor utama seperti energi, transportasi, perumahan, tenaga kerja, industri, sistem pangan dan pertanian, air dan sanitasi, dan perencanaan kota.¹⁰
  3. Penerapan Pendekatan One Health: Pengadopsian dari pendekatan One Health, sebuah pendekatan holistik, lintas-sektoral, dan multidisiplin, adalah pendekatan yang harus dicari jika sesuai, contohnya untuk mengatasi resistensi antimikroba.¹¹

Kesimpulan

Lemahnya regulasi kesehatan lingkungan menciptakan kerentanan sistemik terhadap munculnya epidemi dan KLB penyakit menular. Tanpa transformasi fundamental dalam tata kelola dan implementasi kebijakan kesehatan lingkungan, beban penyakit yang dapat dicegah akan terus mengancam kesehatan masyarakat global. Diperlukan komitmen politik tingkat tinggi dan kerja sama lintas sektor untuk memperkuat regulasi kesehatan lingkungan sebagai benteng pertahanan terhadap ancaman epidemi di masa depan.


¹World Health Organization, Strategi Global WHO tentang Kesehatan, Lingkungan dan Perubahan Iklim: Transformasi yang diperlukan untuk meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan secara berkelanjutan melalui lingkungan yang sehat (Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia, 2020), 6.

²Ibid.

³Ibid.

⁴Ibid.

⁵Ibid., 7.

⁶Ibid., 8.

⁷Ibid., 26.

⁸Ibid., 8.

⁹Ibid., 13.

¹⁰Ibid., 11.

¹¹Ibid., 10.

Artikel lainnya
https://jasapembuatantulisanhukummantap.blogspot.com/2025/07/non-penal-policy-pendekatan-alternatif.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Yuridis Pemberian Abolisi dan Amnesti: Studi Kasus Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto dalam Perspektif Hukum Tata Negara Indonesia

  Analisis Yuridis Pemberian Abolisi dan Amnesti: Studi Kasus Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto dalam Perspektif Hukum Tata Negara Indonesia...